BAB .I. INFLASI
pengertian inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Secara singkat demikianlah
pengertian dari inflasi semoga pengertian singkat inflasi yang disampaikan antar
berita ini bisa menjadi pengetahuan untuk kita semua. Amin
Dapat juga dikatakan bahwa inflasi
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-mempengaruhi.
Dalam pemahaman kami, Inflasi dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
Itulah Artikel tentang Inflasi yang
berhasil kami himpun dari sumber wikipedia yang merupakan kamus umum dari
berbagai pengertian yang tidak kita pahami.
Apakah Anda telah memahami cara mengetahui
indek harga?, jika akan mencoba, silahkan Anda cari data yang relevan dan coba
tafsirkan sendiri, dan jangan lupa untuk mendiskusikan dengan teman Anda!
Di Indonesia informasi mengenai inflasi
dikelola oleh suatu badan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). Jika ada di daerah
Anda, coba kunjungi dan tanyakan mengenai apa yang telah pelajari.
Setiap negara pasti mengalami inflasi,
inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Beberapa
penyebab inflasi diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor-impor, tabungan
atau investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan
swasta. Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa uraian berikut:
a.
|
Inflasi
disebabkan oleh sektor ekspor-impor Jika ekspor suatu negara lebih besar
daripada impor, akan mengakibatkan terjadinya tekanan inflasi, tekanan
inflasi terjadi karena semakin besar jumlah uang yang beredar di dalam negeri
akibat penerimaan devisa.
|
b.
|
Inflasi
disebabkan oleh sektor penerimaan dan pengeluaran negara Sektor penerimaan
dan pengeluaran suatu negara yang defisit menjadi penyebab inflasi. Karena
pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaannya, maka untuk menutupi
keadaan tersebut akan dilakukan dengan mengeluarkan uang baru, pengeluaran
uang baru menimbulkan tekanan inflasi.
|
c.
|
Inflasi
disebabkan oleh sektor swasta Pengeluaran kredit dalam jumlah yang cukup
besar untuk memenuhi permintaan kredit swasta dapat juga menyebabkan
terjadinya inflasi.
Dari
penyebab inflasi di atas dapat kita simpulkan bahwa pengendalian jumlah uang
yang beredar di masyarakat dan keseimbangan antara permintaan dan penawaran
barang merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan inflasi.
|
BAB
.II. MACAM-MACAM INFLASI.
MACAM-MACAM INFLASI
Dalam konteks ekonomi makro dua
permasalahan utama yang dihadapi adalah pengangguran dan inflasi. Keduanya
merupakan permasalahan yang saling terkait satu sama lain. Menurut A.W. Philips
dengan analisis kurvanya ia mengatakan bahwa suatu negara ketika menghadapi inflasi
yang tinggi, maka tingkat pengangguran di negara tersebut akan rendah, begitu
juga sebaliknya. Namun kondisi ini hanya terjadi di alam teori dalam
kenyataanya ketika inflasi rendah maka pengangguran juga bisa dalam fase yang
rendah pula. Kali ini yang akan menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini adalah
tentang inflasi.
Berbicara tentang inflasi maka yang
umumnya akan terjadi adalah kenaikan harga, penurunan tingkat pendapatan rill,
melemahnya konsumsi agregat, dan ekspor - impor yang terganggu. Fenomena -
fenomena tersebut memang umumnya terjadi ketika inflasi namun dengan catatan
kondisi itu baru akan terjadi ketika inflasi sudah berada pada level di
atas 10%. Untuk lebih jelasnya saya akan menguraikan tentang hakikat dari
inflasi itu sendiri.
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana
peredaran uang secara umum lebih besar dibandingkan peredaran barang di suatu
negara pada periode tertentu. Suatu negara atau wilayah baru dapat dikatakan
menghadapi inflasi apabila terpenuhi 3 syarat antara lain:
1. Kenaikan harga
2. Terjadi secara umum
3. Berlangsung terus
menerus
Bila salah satu syarat tidak terpenuhi
maka suatu negara tidak dapat dikatakan mengalami inflasi. Misalkan terjadi
kenaikan harga cabe sebesar 20% di Indonesia. Bila kenaikan harga cabe tidak
diikuti dengan kenaikan komoditas atau barang - barang secara umum maka tidak
dapat dikatakan bahwa Indonesia mengalami inflasi. Seandainya juga terjadi
kenaikan BBM yang mendorong harga - harga barang secara umum naik namun hanya
berlangsung sesaat juga tidak dapat dikatakan sebagai suatu keadaan imana
negara berada dalam keadaan inflasi.
MENURUT PENYEBAB AWAL INFLASI
Berdasarkan penyebab inflasi dapat digolongkan menjadi 3 antara lain:
1. Deman Pull Inflation
Demand pull inflation merupakan suatu keadaan dimana inflasi di sebabkan oleh kenaikan
permintaan agregat yang lebih besar daripada kenaikan penawaran agregat.
Meningkatnya kenaikan penawaran agregat bila dilihat dari kurva diatas maka
yang terjadi adalah kenaikan harga yang disertai dengan meningkatnya output.
Kondisi ini terjadi ketika perekonomian sedang berada dalam kondisi normal dan
tidak terjadi goncangan dan tekanan yang akan membawa perekonomian ke arah
resesi. Lebih lanjut dari keterangan kurva diatas dapat diambil suatu
kesimpulan dimana inflasi dalam keadaan terkendali akan bermanfaat dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Cost Push Inflation
Cost push inflation merupakan suatu keadaan dimana penawaran agregat mengalami penurunan
atau secara grafis kurva penawaran akan bergeser ke kiri. Keadaan ini akan
menyebabkan harga - harga akan meningkat secara umum dan disertai pula dengan
melemahnya jumlah output yang diproduksi oleh suatu negara. Seperti pada
pendekatan dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran, maka ketika kurva
penawaran bergeser ke kiri, maka yang terjadi adalah harga akan naik dengan
diikuti oleh menurunnya jumlah barang yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti
ini suatu negara berada dalam fase resesi. Dimana kenaikan harga - harga secara
umum telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat dan bahkan pada pertumbuhan
di level yang negatif.
3. Mixed Inflation
Merupakan gabungan antara demand
pull inflation dan cost push inflation. Bila kita
menggunakan perdekatan secara grafis, maka pada kondisi ini kurva permintaan
agregat akan bergeser ke kanan dengan diikuti oleh bergesernya kurva penawaran
agregat ke kiri. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga namun
tanpa diikuti oleh perubahan jumlah output yang diproduksi oleh suatu negara. Bila
keadaan ini yang terjadi maka perekonomian berada dalam suatu fase yang disebut
STAGFLASI. Dimana inflasi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi 0% yang artinya
kenaikan harga barang dan jasa secara umum tidak menyebabkan perubahan pada
output barang dan jasa yang diproduksi.
.
MENURUT ASALNYA INFLASI
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Inflasi Domestik (dalam Negeri)
Artinya terjadinya inflasi di suatu
negara murni disebabkan oleh kenaikan harga - harga barang dan jasa di dalam
negara itu sendiri. Misalkan akibat kenaikan harga - harga bahan pokok di
hampir berbagai wilayah di Indonesia, menyebabkan harga - harga barang
kebutuhan pokok naik secara umum dengan periode yang terjadi secara terus-
menerus. Kondisi ini merupakan inflasi yang terjadi akibat faktor - faktor
inflasi di dalam negeri sehingga disebut Inflasi Domestik.
2. Inflasi Luar Negeri
Dalam kasus ini, suatu negara mengimpor
inflasi dari negara yang sedang mengalami inflasi dalam perekonomiannya.
Misalkan Indonesia mengimpor Mesin dari Amerika Serikat. Bersamaan dengan saat
Indonesia mengimpor mesin dari Amerika Serikat, perekonomian Amerika Serikat
sedang mengalami inflasi yang berimbas pada kenaikan harga mesin. Otomatis
keadaan ini akan menyebabkan harga mesin yang dibayar menjadi lebih mahal.
Karena mesin merupakan teknologi penting dalam suatu perekonomian maka ketika
mesin itu dijual dan kemudian berdampak pada kenaikan harga - harga barang
secara umum, maka kondisi itu akan menimbulkan inflasi.
MENURUT INTENSITAS INFLASI
Berdasarkan intensitasnya inflasi dibagi menjadi 4 golongan yakni:
1. Inflasi ringan
Inflasi ringan berkisar antara 0 - 10%.
Dalam kondisi ini inflasi justru membantu perekonomian untuk tumbuh. Perlu
diketahui, inflasi pada hakikatnya analog dengan api. Apa maksudnya? coba
bayangkan api dalam intensitas kecil tentu berguna bukan? kita bisa menjadikan
api tersebut untuk memasak, menerangi sudut - sudut ruangan ketika lampu mati,
untuk menghangatkan badan ketika suasana dingin, dan lain sebagainya. Namun
bila api besar tentu akan mengakibatkan terjadinya kebakaran. Analog dengan
api, inflasi yang kecil dan terkendali sangat dibutuhkan oleh suatu
perekonomian untuk tumbuh dan berkembang. Karena dengan inflasi yang rendah dan
terkendali akan memberkikan stimulasi bagi berkembangnya penawaran agregat
sehingga perekonomian bisa tumbuh. Idealnya inflasi yang rendah dan terkendali
adalah pada level 5%, namun maksimal inflasi jangan sampai menembus 2 digit.
2. Inflasi Sedang
Inflasi sedang berkisar antara 10 - 30%.
Inflasi pada level ini sudah memberikan dampak bagi perekonomian dimana
dampaknya akan dirasakan oleh para pekerja yang memiliki penghasilan tetap.
Dampak dari inflasi ini adalah pendapatan rill dari mereka yang memiliki
penghasilan tetap akan menurun dan berkurang nilai rillnya. Misalkan dengan
uang Rp. 10.000 seseorang bisa membeli 2 mangkuk bakso, namun akibat terjadinya
inflasi nominal yang sama tidak lagi dapat membeli 2 mangkuk bakso mungkin
hanya 1 bakso. Keadaan itulah yang merupakan gambaran bahwa kekuatan daya beli
uang terhadap barang melemah. Namun kondisi ini relatif bisa dikendalikan
melalui kebijakan fiskal dan moneter yang kontraktif.
3. Inflasi berat
Inflasi berat berada pada kisaran 30 -
100%. Inflasi ini bukan saja menurunkan pendapatan rill masyarakat yang
berpenghasilan tetap tetapi sudah berdampak kepada sistem keuangan suatu
negara. Biasanya bila suatu negara sudah berada pada kondisi ini, arus masuk
devisa relatif terhambat, nilai tukar mata uang domestik melemah cukup tajam,
kinerja pasar modal terganggu bahkan dapat mengalami suspensi atau penutupan
perdagangan sementara, dan rontoknya sejumlah perbankan yang tidak memiliki
atau tidak memenuhi kriteri Bank Sentral. Kondisi ini akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi yang bergerak lambat bahkan dapat tumbuh negatif.
4. Hyperinflation
Merupakan inflasi yang sudah sangat berat. Kisaran inflasi ini sudah lebih
dari 100%. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sangat parah pada
stabilitas sistem keuangan sehingga bila kondisi ini terjadi suatu negara harus
melakukan kebijakan sanering atau penyehatan sistem keuangan dengan jalan
memotong nominal mata uang (kondisi ini berbeda dengan redenominasi), Umumnya
kebijakan sanering akan membuat daya beli masyarakat terkontraksi selama
beberapa waktu namun akan kembali pulih. Sanering bukan satu - satunya jalan
karena negara yang mengalami kondisi ini harus mendapatkan insentif guna
memperlancar arus likuiditas pada perekonomian sebagai dampak dari rusaknya
sistem keuangan akibatnya rontoknya perbankan suatu negara.
BAB .III. MENGAPA
INFLASI TIMBUL
MENGAPA INFLASI TIMBUL
1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang
cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
§ Interaksi permintaan-penawaran (permintaan lebih tinggi dari pada penawaran
dapat menimbulkan inflasi)
§ Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang
§ Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung
tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen inflasi non inti terdiri dari :
§ Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan)
dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor
perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga
komoditas pangan internasional.
§ Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered
Prices) :Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan)
berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik,
tarif angkutan, dll.
Inflasi timbul karena adanya tekanan
dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi
permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi.
Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi
nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price),
dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
terganggunya distribusi.
Faktor penyebab terjadi demand
pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif
terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya
atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka
inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah
lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini
tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang
terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan
tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan
barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan,
namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih
tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian halnya
pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski
kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan
permintaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar